Sejarah Kedatangan Orang TIonghoa di Indonesia

Hasil gambar untuk Sejarah Tionghoa
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Hendro Lukito, seorang pemerhati Budaya Tiongkok seperti dikutip atau disitir Jeremy Huang yang tulisannya dielaborasi dalam tulisan untuk Netralnews kali ini, menceritakan kedatangan Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu.
  Kedatangan orang-orang Tionghoa dari Tingkok ke Indonesia tidak serempak atau secara bergelombang. Itu  terjadi sesuai dengan siklus perdagangan mereka yang dilakukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Catatan-catatan kuno dari Tiongkokmenyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di  Tiongkok. Diperkirakan sejak abad ke-3, Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang perdagangan dari Tiongkokke Nusantara, juga sebaliknya.
Masih menurut Hendra Lukito, sebagaimana juga dalam Jeremy Huang, sejarahwan Tionghoasekaligus mantan dosen arsitektur Universitas Tarumanegara Jakarta, menceritakan bahwa kedatangan etnis Tionghoa ke Indonesia berawal pada masa Kejayaan-kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Kutai di pedalaman Kalimantan, atau Kabupaten Kutai, yang daerahnya kaya akan hasil tambang emas.
Karena kebutuhan akan pandai emas semakin meningkat, maka didatangkan emas dari Tiongkokatau dari Cina daratan, di samping itu ikut dalam kelompok tersebut adalah para pekerja pembuat bangunan dan perdagangan. Mereka bermukim menyebar mulai dari Kabupaten Kutai, Sanggau Pontianak dan daerah sekitarnya.
Hendra Lukito dalam setiran Jeremy menjelaskan pula Gelombang kedua kedatangan etnis Cina (Tionghoa) ke Indonesia, ialah pada masa kerajaan Singasari di daerah Malaka, Jawa Timur sekarang.
Kedatangan mereka di bawah armada tentara laut Khubilaikan atau juga sering disebut sebagai Jhengiskan dalam rangka ekspansi wilayah kekuasaannya. Namun utusan yang pertama ini tidaklah langsung menetap, hal ini diakrenakan ditolaknya utusan tersebut oleh Raja.
Hendra Lukito menceritakan Pada Ekspedisi yang kedua tentara laut Khubilaikan ke-tanah Jawa, dengan tujuan membalas perlakuan raja Singasari terhadap utusan mereka terdahulu, namun mereka sudah tidak menjumpai lagi kerajaan tersebut, dan akhirnya mendarat di sebuah pantai yang mereka beri nama Loa sam (sekarang Lasem), sebagai armada mereka menyusuri pantai dan mendarat di suatu tempat yang bernama Sam Toa Lang yang kemudian menjadi Semarang.
Masyarakat etnis Tionghoa  ini kemudian mendirikan sebuah tempat ibadat (Kelenteng) yang masih dapat dilihat sampai masa sekarang.
Beberapa peninggalan zaman dahulu yang menyebutkan tentang kedatangan etnis Tionghoa, baik di Indonesia maupun di negeri Tiongkok. Pada prasasti-prasasti dari Jawa, orang Tionghoa disebut-sebut sebagai warga asing yang menetap, di samping nama-nama sukubangsa dari Nusantara, daratan Asia Tenggara dan anak benua India. Beberapa catatan tertua ditulis oleh para agamawan, seperti Fa Hien pada abad ke-4 dan I Ching pada abad ke-7.
Fa Hien melaporkan suatu kerajaan di Jawa (“To lo mo”) dan I Ching ingin datang ke India untuk mempelajari agama Buddha dan singgah dulu di Nusantara untuk belajar bahasa Sansekerta dahulu. Di Jawa ia berguru pada seseorang bernama Jñânabhadra.
Dalam suatu prasasti perunggu bertahun 860 dari Jawa Timur, disebut suatu istilah, Juru Cina, yang berkait dengan jabatan pengurus orang-orang Tionghoa yang tinggal di sana. Beberapa motif relief di Candi Sewu diduga juga mendapat pengaruh dari motif-motif kain sutera Tiongkok.
Di perairan Cirebon beberapa tahun lalu di temukan piring-piring kuno yang diperkirakan abad ke 10.
Dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu di Jawa, karangan Slamet Mulyana menceritakan Kedatangan rombongan Laksmana Cheng ho abad ke-14 di Pelabuhan Muarajati Cirebon.
Kemudian kedatangan Putri Ong Tien, memberikan warna keragaman budaya di Cirebon. Karenanya, marilah kita bersatu karena kita bersaudara. Bersatu unutk membangun bangsa.
Dengan keluwesan dalam bergaul dengan penduduk setempat, membuat masyarakat Tionghoa tetap eksis dan terus berkembang di Indonesia.

Komentar

Postingan Populer